A. Konsep
Dasar dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah
merupakan salah satu setrategi pembelajaran yang dapat membawa siswa pada
pembentukan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Dengan pendekatan ini memberikan
peluang bagi siswa untuk melakukan penelitian dengan berbasis masalah nyata dan
autentik.
1.
Teori
Pembelajaran Berbasis Masalah
Beberapa Dukungan Teori Tentang
Pembelajaran Berbasis Masalah Sebagai
suatu pendekatan pembelajaran, maka pembelajaran berbasis masalah didasarkan
oleh landasan yang kuat oleh berbagai ahli.
1. John
Dewey.
Pandangan Dewey tentang pendidikan
melihat sekolah sebagai pencerminan masyarakat yang lebih besar dan kelas
menjadi labolatorium untuk penyelidikan dan pengentasan masalah kehidupan
nyata.
2. Piaget,
Vygotsky dan Konstruktivisme
Pembelajaran
berbasis masalah meminjam pendapat Piaget bahwa apabila pelajar dilibatkan
dalam proses mendapat informasi dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, maka
pembelajaran akan menjadi bermakna.
Sementara Vygostky
yakin bahwa intelektual berkembang ketika individu menghadapi pengalaman baru
dan membingungkan dan ketika mereka berusaha mengatasi deskripansi yang timbul
oleh pengalaman-pengalaman ini. Menurut Vygotsky siswa memiliki dua tingkat
perkembangan berbeda yaitu:
a. Tingkat
perkembangan actual, yang menentukan fungsi intelektual individu saat ini dan
kemampuannya untuk mempelajari sendiri hal-hal tertentu.
b. Tingkat
perkembangan potensial yaitu yang dapat
difungsikan atau dicapai oleh individu dengan bantuan orang lain, misalnya
guru, orang tua atau bahkan teman sebaya yang lebih cerdsa, maju dan
berkembang.
3. Bruner
dan Discovery Learning
Bruner berpendapat bahwa pada
hakekatnya tujuan pembelajaran bukan hanya memperbesar dasar pengetahuan siswa,
tetapi juga untuk menciptakan berbagai kemungkinan untuk invention (penciptaan)
dan discovery (penemuan).
Bruner menganggap sangat penting
peran dialog dan interaksi social dalam proses pembelajaran.Berdasarkan dari
konsep Bruner, maka seorang guru yanga akan menggunakan pendekatan berbasis
masalah harus menekankan pada beberapa hal berikut ini dalam proses
pembelajarannya:
a.
Memberikan tekanan yang
kuat untuk membangun keterlibatan aktif semua siswa dalam setiap langkah dan
proses pembelajaran yang dilakukan .
b.
Mendorong siswa untuk
mengkonstruksi pengetahuan oleh siswa sendiri tanpa dominasi oleh guru.
c.
Guru memberikan
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk di dalami dalam berbagai kegiatan
penyelidikan hingga siswa sampai pada penemuan ide-ide dan mengkonstruksinya
menjadi bangunan teori, paling tidak sampai pada pemahamannya yang mendalam
tentang teori.
d.
Orentasi yang
digunakan adalah induktif bukan orentasi
deduktif.
2. Konsep
Dasar dan Karakteristik SPBM
Sanjaya (2008)
menyatakan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah dapat diartikan sebagai
rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi
secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari SPBM:
1. SPBM
merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi SPBM ada
sejumlah kegiatan yang harus
dilakukan siswa.
2. aktivitas
pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan
masalah. SPBM menempatkan masalah
sebagai kata kunci dari proses pembelajaran.
3. pemecahan
masalah dilakukan dengan
menggunakan pendekatan berpikir secara
ilmiah
Kunandar (2007:35) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar
tentang cara berpikir dan keterampilan penyelesaian masalah serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari mata pelajaran. Sedangkan
Faizin dan Sulistio (2008) adalah
pembelajaran yang terpusat melalui msalah-masalah yang relevan. Zulharman
(2008) yang menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah merupakan
pembelajaran yang bertolak dari problem yang ada dari konteks nyata.
NCTM (2000) menyatakan bahwa
memecahkan masalah berarti menemukan cara atau jalan mencapai tujuan atau
solusi yang tidak dengan mudah menjadi nyata, sedangkan poyla (Hudoyo,1979)
mendifinisikan pemecahan masalah adalah sebagai usaha untuk mencari jalan
keluar dari suatu kesulitan, mencapai tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai
Word (2000) dan Stepein (1993) yang
menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran
yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahapan-tahapan
metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan
dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk
memecahkan.
Strategi
pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan apabila guru memiliki
beberapa pertimbangan sebagai berikut:
1. Guru
menginginkan agar siswa dapat mengingat materi pelajaran, menguasai bahan dan
memahami secara penuh permasalahan yang akan dipelajari.
2. Guru
menginginkan untuk mengembangkan keterampilan berfikir siswa, yaitu kemampuan
menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi
baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan
kemampuan dalam membuat judgment secara objektif.
3. Guru
menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan
intelektual siswa.
4. Guru
memotivasi siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya.
5. Guru
menginginkan agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan
kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara teori dengan kenyataan).
(Gordon, 2001.,Karjcik, 2003; Slavin, Madden,
Dolan & Wasik, 1994; Torp dan Sage, 1998) mendeskripsikan bahwa model
pembelajaran berbasis masalah ini memiliki fitur-fitur sebagai berikut:
1. Pertanyaan
atau masalah perangsang
2. Fokus
interdisipliner
3. Investigasi
autentik
4. Produksi
artepak dan exhibit
5. Kolaborasi
Pembelajaran berbasis masalah
dilakukan secara benar sesuai dengan prinsip dan karakteristik pembelajaran,
maka ada beberapa dampak tidak langsung yang dapat diperoleh siswa setelah pembelajaran berbasis masalah diimplementasikan
dalam proses pembelajaran dikelas, yaitu:
a. Keterampilan
melakukan penelitian/penyelidikan sebagai dasar pemecahan masalah secara
ilmiah.
b. Perilaku
dan keterampilan sosial.
c. Keterampilan
belajar mandiri.
3.
Hakikat masalah dalam SPBM
Strategi
Pembelajaran Inkuiri (SPI) dan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)
memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut terletak pada jenis masalah serta tujuan
yang ingin dicapai.
Masalah dalam SPI adalah masalah
yang bersifat tertutup. Dalam SPI, tugas guru pada dasarnya mengggiring siswa
melalui proses tanya jawab pada jawaban yang
sebenarnya sudah pasti. Tujuan SPI adalah menumbuhkan keyakinan dalam
diri siswa tentang jawaban dari suatu masalah.
Masalah dalam SPBM adalah masalah yang
bersifat terbuka.Tujuan SPBM adalah kemampuan siswa untuk berfikir kritis, analitis,
sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui
eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
Hakikat masalah dalam SPBM adalah
kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan. Kesenjangan
tersebut bisa dirasakan dari adanya keresahan, keluhan, kerisauan, atau
kecemasan. Oleh karena itu, maka materi pelajaran tidak terbatas pada materi
pelajaran yang bersumber dari buku saja, Tetapi dapat bersumber dari
peristiwa-peristiwa tertentu sesuai
dengan kurikulum yang berlaku. Di bawah ini kriteria pemilihan bahan pelajaran
dalam SPBM.
1. Bahan
pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik yang bisa bersumber
dari berita; rekaman video dan yang lainnya.
2. Bahannya
bersifat familiar dengan siswa, sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan
baik.
3. Bahan
yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak
(universal).
4. Bahan
yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus
dimiliki oleh siswa sesuai kurikulum yang berlaku.
5. Bahan
yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk
mempelajarinya.
B. Tahapan-Tahapan
Pembelajaran Berbasis Masalah
Banyak
ahli yang menjelaskan bentuk peranan SPBM. Sanjaya (2008) yang mengutip
pendapat John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan 6
langkah SPBM yang kemudian dia namakan metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu :
1. Merumuskan
masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
2. Menganalisis
masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara dari berbagai sudut
pandang.
3. Merumuskan
hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai
dengan pengetahuan untuk memecahkan masalah.
4. Mengumpulkan
data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan
untuk pemecahan masalah.
5. Pengujian
Hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil dan merumuskan kesimpulan sesuai
dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
6. Merumuskan
rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi
yang dapat dilakukan sesuai dengan rumusan .
David Johnson & Johnson
mengemukakan ada 5 langkah SPBM melalui kegiatan kelompok.
1. Mengedefinisikan
masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi
jelas masalah apa yang akan dikaji.
2. Mendiagnosis
masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta menganalisis
berbagai faktor, dari baik faktor yang bisa mengahambat maupun faktor yang
dapat mendukung dalam penyelesaian masalah.
3. Merumuskan
alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan
melalui diskusi kelas.
4. Menentukan
dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi
mana yang dapat dilakukan.
5. Melakukan
evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah
evaluasi terhadap seluruh kegiatan, sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi
terhadap akibat dari penerapan strategi yang diterapkan.
Sesuai dengan tujuan SPBM adalah
untuk menumbuhkan sikap ilmiah, dari beberapa bentuk SPBM yang dikemukakan para
ahli secara umum SPBM bisa dilakukan dengan langkah-langkah :
1.
Menyadari
Masalah
Implementasi
SPBM harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada
tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau
lingkungan sosial.
2.
Merumuskan
Masalah
Bahan
pelajaran dalam bentuk topik yang dapat dicari dari kesenjangan, selanjutnya
difokuskan pada masalah apa yang pantas untuk dikaji. Rumusan masalah sangat
penting, sebab selanjutnya akan berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan
persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data apa yang harus
dikumpulkan untuk menyelesaikannya.
3.
Merumuskan
Hipotesis
Sebagai
proses berpikir ilmiah yang merupakan perpaduan dari berpikir deduktif dan induktif, maka merumuskan hipotesis
merupakan langkah penting yang tidak boleh ditinggalkan. Kemampuan yang
diharapkan dari siswa dalam tahapan ini adalah siswa dapat menentukan sebab
akibat dari masalah yang ingin diselesaikan.
4.
Mengumpulkan
Data
Sebagai
proses berpikir empiris keberadaan data dalam proses berpikir ilmiah merupakan
hal yang sangat penting. Sebab, menentukan cara penyelesaian masalah sesuai
dengan hipotesis yang diajukan harus sesuai dengan data yang ada proses
berpikir ilmiah bukan proses berimanjinasi akan tetapi proses yang didasarkan
pada pengalaman. Oleh karena itu, dalam tahapan ini siswa didorong untuk mengumpulkan
data relevan.
5.
Menguji
Hipotesis
Berdasarkan
data yang dikumpulkan, akhirnya siswa menentukan hipotesis mana yang diterima
dan mana yang ditolak.
6.
Menentukan
Pilihan Penyelesaian
Menentukan
pilihan penyelesaian merupakan akhir dari proses SPBM. Kemampuan yang
diharapkan dari tahapan ini adalah kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang memungkinkan dapat
dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi sehubungan
dengan alternatif yang dipilihnya, termasuk memperhitungkan akibat yang akan
terjadi pada setiap pilihan.
Pola
secara sederhana mengelompokkan langkah pemecahan masalah menjadi 4 (empat)
langkah yaitu : 1) memahami masalah, 2) membuat rencana pemecahan, 3)
melaksanakan rencana dan 4) melihat kembali.
Aktivitas
pemecahan masalah merupakan variasi dan pengalaman “Guide Discovery”. Kadang-kadang masalah itu muncul secara alamiah.
Masalah terbaik bagi anak adalah berpikir tentang keterlibatannya dengan
berbagai cara, dengan menggabungkan berbagai informasi secara benar, dan
memiliki lebih dari satu upaya jalan keluarnya. Tahapan-tahapan dalam
menggunakan strategi pembelajaran pemecahan masalah sebagai berikut :
1. Menyadari
adanya masalah dengan mengidentifikasi.
2. Mengumpulkan
informasi.
3. Merancang
solusi.
4. Menguji
coba solusi.
5. Mengambil
kesimpulan.
6. Menyampaikan
hasil.
Richard I. Arend (2008)
mengemukakan langkah-langkah melaksanakan pembelajaran berbasis masalah sebagai
berikut :
Fase
|
Kegiatan
|
Perilaku Guru
|
1
|
Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada
siswa
|
1. Guru
membahas tujuan pelajaran
2. Guru
mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik
3. Guru
memberikan motivasi kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan
pemecahan maslah.
|
2
|
Mengorganisir siswa untuk meneliti
|
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan
mengorganisikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahannya.
|
3
|
Membantu investigasi mandiri dan kelompok
|
Guru mendorong siswa mendapat informasi yang
tepat, melaksanakan ekperimen dan memberi penjelasan dan solusi.
|
4
|
Mengembangkan dan mempresentasikan arteifak dan
exhibit
|
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan artifak dan exhibit yang tepat seperti laporan, rekaman video dan
model-model Guru membantu siswa menyampaikan/mempresentasikan kepada orang
lain.
|
5
|
Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi
masalah
|
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi
terhadap investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan.
|
Beberapa
catatan khusus untuk setiap langkah tersebut di atas yang perlu mendapat
perhatian dalam Implementasi pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai
berikut :
1. Pada
saat guru menjelaskan tujuan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus disadari
oleh seorang guru
a. Tujuan
yang diinginkan dalam pembelajaran berbasis masalah bukanlah untuk mempelajari
sejumlah informasi baru tetapi menginvestigasi berbagai permasalahan penting
untuk membangun/membuat siswa menjadi mandiri.
b. Pertanyaan
atau permasalah yang akan diinvestigasi, bukan masalah yang harus memerlukan
“YA atau TIDAK”, tetapi permasalahan yang memerlukan jawaban dengan kemampuan
berpikir yang lebih kompleks.
2. Mengorganisikan
siswa untuk meneliti
Dalam
mengorganisir siswa baik dalam kelompok kecil maupun mandiri perlu diperhatikan
dan diberikan orientasi yang jelas kepada siswa tentang permasalahan yang akan
dibahas, hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan video pendek, berita
dikoran dan sebagainya.
3. Pengempulan
dan investigasi
Pada
fase kegiatan ini guru harus benar-benar mendorong siswa untuk aktif dalam
mengumpulkan data dan informasi yang sebanyak-banyaknya tentang permasalahan
yang sedang dibahas.
C. Implementasi dan
Evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah
a.
Penataan
Lingkungan Belajar Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
Lingkungan
belajar merupakan salah satu komponen yang harus mendapat perhatian guru dalam
pembelajaran berbasis masalah, agar pembelajaran berlangsung lancar tanpa
adanya disturbsi. Ada beberapa hal yang akan diperhatikan dalam penataan
lingkungan belajar sebagai berikut :
1. Menangani
situasi multitugas
Pada
kelas yang gurunya menggunakan pembelajaran berbasis masalah banyak tugas-tugas
yang harus diselesaikan oleh siswa yang terjadi secara simultan. Untuk membuat
pekerjaan kelas yang multi tugas ini bekerja secara efektif, maka guru
sebaiknya memberikan bimbingan kepada siswa untuk :
a) Bekerja
secara mandiri dan bekerja bersama-sama.
b) Guru
hendaknya mengembangkan cuing sistem untuk memperingatkan siswa dan membantu
mereka menjalani transisi dari satu tipe tugas ke tipe tugas belajar lainnya.
c) Guru
membuat chart dan jadwal yang tentang tugas-tugas yang harus dijadwalkan dan
tenggang waktu penyelesaiannya masing-masing tugas tersebut.
d) Guru
memantau kemajuan masing-masing siswa atau kelompok siswa selama multitugas.
2. Menyesuaikan
dengan tingkat penyelesaian yang berbeda
Salah
satu masalah rutian yang dihadapi oleh guru-guru di berbagai tingkatan sekolah
mulai dari tingkat terendah sampai pada perguruan tinggi pun juga terjadi
adalah tinglat penyelesaian tugas yang berbeda.
Untuk
mengelola kondisi penyelesaian tugas seperti di atas, diperlukan kemampuan guru
untuk mensiasati dengan beberapa kegiatan berikut ini :
a) Buat
aturan waktu yang tegas, prosedur tugas downtime
activities.
b) Untuk
siswa yang menyelesaikan tugas lebih awal dan memiliki siswa waktu akan lebih
banyak kalau diberikan bahan bacaan yang menarik untuk dibaca yang fungsinya
sebagai pengayaan bahan ajar atau dapat juga diberikan bahan-bahan permainan
edukatif.
c) Memberikan
tugas pengayaan kepada siswa yang lebih maju dengan memberikan masalah yang
menentang untuk diuji cobakan dilaboratorium, dengan demikian siswa akan lebih
terasah kemampuan intelektualnya.
d) Guru
mendorong siswa yang lebih maju untuk menmbantu temannya yang belum selesai
(tutor sebaya).
3. Memantau
dan mengelola pekerjaan siswa
Seperti diketahui pembelajaran
berbasis masalah adalah pembelajaran yang syarat dengan tugas-tugas
(multitugas) dan harus diselesaikan siswa secara simultan, konsekuensinya maka
pemantauan dan pengelolaan pekerjaan siswa menjadi suatu yang sangat krusial
dalam strategi pembelajaran ini. Ada tiga hal pokok yang perlu dilakukan guru
untuk menjamin pembelajaran berbasis masalah menjadi akuntabel yaitu :
a) Persyaratan
tugas untuk semua siswa harus dijelaskan secara tegas dan jelas serta rinci.
b) Pekerjaan
siswa harus dipantau dan umpan balik harus diberikan pada pekerjaan siswa yang
sedang berjalan.
c) Catatan
perkembangan siswa yang harus dibuat.
4. Mengatur
gerakan dan perilaku di luar kelas
Apabila
guru menugaskan siswa menyelesaikan tugasnya untuk memecahkan permasalahan di
laboratorium, maka guru sudah seharusnya memastikan bahwa siswanya memahami
secara jelas apa dan bagaimana bekerja di laboratorium, atau diperpustakaan,
maka pastikan siswa mengerti bagaimana mencari bahan bacaan secara cepat dan
tepat, bagaimana mengelola bahan bacaan, membuat catatan kecil yang mudah dan
cepat dalam penggunaannya.
b. Asesmen dan
Evaluasi Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
Pada dasarnya sistem evaluasi pada
pembelajaran dengan menggunakan strategi lainnya dapat diterapkan pada
pembelajaran berbasis masalah, yang harus disadari adalah bahwa evaluasi yang
digunakan harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, artinya evaluasi harus
dapat mengukur apa yang menjadi indikator keberhasilan belajar.
·
Pengukuran Pemahaman
Pembelajaran
berbasis masalah menjangkau ke luar pengembangan pengetahuan faktual tentang
sebuah topik, yakni pengembangan pemahaman yang agak sophisticated tentang
berbagai masalah dan dunia di sekitar siswa. Untuk mengukur pemahaman siswa tentang suatu topik
dapat dibuat tes yang agak terbuka jawabannya, kepada siswa dalam bentuk
karangan essei.
·
Mengases Potensi
Belajar
Tes
performasi kebanyakan hanya mengukur pengetahuan dan keterampilan pada titik
waktu tertentu, tetapi belum mengases potensi belajar atau kesiapan belajar
siswa. Untuk itu tes kesiapan untuk membaca dan bidang perkembangan bahasa
lainnya dapat digunakan, dan alat tes tersebut sudah banyak tersedia dan telah
memiliki tingkat vadilitas dan rehabilitas yang tidak diragukan lagi.
D. Keunggulan dan
Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah
1.
Keunggulan
a. Pemecahan
masalah (problem solving) merupakan
teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
b. Pemecahan
masalah (problem solving) dapat
menentang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan
baru bagi siswa.
c. Pemecahan
masalah (problem solving) dapat
meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
d. Pemecahan
masalah (problem solving) dapat
membantu siswa bagaimana mentranfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah
dalam kehidupan nyata.
e. Pemecahan
masalah (problem solving) dapat
membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab
dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
f. Melalui
pemecahan masalah (problem solving)
bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran.
g. Pemecahan
masalah (problem solving) dianggap
lebih menyenangkan dan disukai siswa.
h. Pemecahan
masalah (problem solving) dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir lebih kritis dan mengembangkan
kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan.
i.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan
kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki
dalam dunia nyata.
j. Pemecahan
masalah (problem solving) dapat
mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar
pada pendidikan formal telah berakhir.
k.Strategi
pembelajaran berbasis masalah dapat membentuk siswa untuk memiliki kemampuan
berpikir tingkat tinggi, yang dibarengi dengan kemampuan inovatif dan sikap
kreatif akan tumbuh dan berkembang.
l. Dengan
strategi pembelajaran berbasis masalah, kemandirian siswa dalam belajar akan
mudah terbentuk, yang pada akhirnya akan menjadi kebiasaan dalam menyelesaikan
berbagai permasalahan yang ditemuinya dalam aktivitas kehidupan nyata
sehari-hari ditengah-tengah masyarakat.
2.
Kelemahan
a. Manakala
siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk
mencoba.
b. Keberhasilan
strategi pembelajaran melalui problem
solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan dan pelaksanaannya.
c. Tanpa
pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
Terima kasih atas artikelnya. Model Pembelajaran kooperatif pada dasarnya terdiri atas: Model Pembelajaran STAD Model Pembelajaran Numbered Head Together
BalasHapus